Bangunan Gereja Inkulturatif Sebagai Sarana Mewujudkan Persekutuan Umat

Isi Artikel Utama

Abdi Guna Sitepu
Cica Yola Br Sagala

Abstrak

Bangunan Gereja Inkulturatif Santo Fransiskus Asisi Berastagi tidak terlepas dari makna arsitektur dan ornamennya yang merujuk kepada bangunan rumah adat Karo yang sarat akan makna. Oleh karena itu melalui artikel ini hendak dibahas bagaimana makna bangunan gereja inkulturatif Santo Fransiskus Asisi Berastagi serta dampaknya terhadap perkembangan Persekutuan umat. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan model Miles dan Huberman melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja inkulturatif Santo Fransiskus Asisi Berastagi melambangkan persekutuan dan kekeluargaan sebagaimana rumah adat Karo yang biasanya dihuni oleh delapan sampai duabelas kepala keluarga. Kehidupan setiap keluarga penghuni rumah diatur menurut budaya dan kebiasaan yang berlaku bagi masyarakat Karo. Dengan adanya bangunan gereja ini, persekutuan umat juga semakin baik. Hal ini terlihat jelas melalui kehadiran umat dalam perayaan Ekaristi dan perayaan-perayaan lain yang sangat tinggi di gereja. Selain itu, persekutuan umat juga terlihat baik lewat kegiatan-kegiatan di luar gereja baik di stasi maupun di lingkungan. 

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Adon, M. J., & Dominggus, H. A. (2022). Persekutuan (Koinonia) Sebagai Budaya Tandingan Di Tengah Merebaknya Fenomena Individualisme Menurut Perspektif Gereja Katolik. Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen Dan Musik Gereja, 6(2), 131–147. Https://Doi.Org/10.37368/Ja.V6i2.347
Adytia, P., Antariksa, A., & Ridjal, A. M. (2017). Elemen Pembentuk Arsitektur Tradisional Batak Karo Di Kampung Dokan. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya, 5(1), 115937. Http://Arsitektur.Studentjournal.Ub.Ac.Id/Index.Php/Jma/Article/View/331
Deeren, P. (N.D.). Identifikasi Elemen-Elemen.
Dewantara, A. W. (2023). Gotong-Royong Sebagai Bentuk Koinonia Di Gereja Katolik Keuskupan Surabaya. Studia Philosophica Et Theologica, 23(2), 277–291. Https://Doi.Org/10.35312/Spet.V23i2.458
Dien, N. (2020). Gereja Persekutuan Umat Allah. Media (Jurnal Filsafat Dan Teologi), 1(1), 49–64. Https://Doi.Org/10.53396/Media.V1i1.6
Jeklin, A., Bustamante Farías, Ó., Saludables, P., Para, E., Menores, P. D. E., Violencia, V. D. E., Desde, I., Enfoque, E. L., En, C., Que, T., Obtener, P., Maestra, G. D. E., & Desarrollo, E. N. (2016). 済無no Title No Title No Title. Correspondencias & Análisis, 15018, 1–23.
Manca, S. (2021). Persekutuan Dalam Perspektif Biblis-Kristiani. Jurnal Alternatif Wacana Ilmiah Interkultural, 1(1), 133–146. Https://Doi.Org/10.60130/Ja.V1i1.36
Monto Bauto, L. (2014). Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 11–25.
Paulus-Vi, P. (2004a). Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium Tentang Gereja. Departemen Dokumentasi Dan Penerangan Kwi, 1–53.
Paulus-Vi, P. (2004b). Konstitusi Sacrosanctum Concilium Tentang Liturgi Suci. Dokumen Konsili Vatikan Ii, 1–52.
Saragih, J. T. A. (2021). Space Dalam Arsitektur Batak Karo. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 10(01), 1–8. Https://Doi.Org/10.32315/Jlbi.V10i01.17
Sriti Mayang Sari. (2007). Wujud Budaya Jawa Sebagai Unsur Inkulturasi Interior Gereja Katolik. Dimensi Interior, 5(1), 44–53.
Unimed, R. (2015). Tanggapan Masyarakat Karo Di Berastagi Terhadap Perubahan Ayo-Ayo Pada Bangunan Objek Wisata Tahura. Galang Tanjung, 8(2504), 1–9.
Yuniar, D. M. (2013). Communio-Koinonia Menurut Visi Paroki Katedral Kristus Raja Dalam Pertemuan Aksi Puasa Pembangunan. Jurnal Teologi, 2(1), 27–38. Https://Doi.Org/10.24071/Jt.V2i1.433
Zaluchu, S. E. (2021). Metode Penelitian Di Dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan. 3(2), 249–266.